Kekayaan Hayati Indonesia Menyimpan Tanaman yang Dapat Menghambat SARS-CoV-2
Adrian Sandi
4/5/20203 min read


Sampai saat ini, belum tersedia terapi maupun vaksin yang disahkan untuk menangani seluruh jenis coronavirus yang menginfeksi manusia. Karena itu, berbagai langkah pencegahan terus digencarkan, termasuk penerapan jaga jarak (social distancing) serta kebiasaan mencuci tangan secara menyeluruh selama sedikitnya 20 detik.
Virus SARS-CoV-2, penyebab COVID-19, memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat dengan SARS-CoV, virus pemicu wabah SARS. Kemiripan tersebut membuat peneliti berasumsi bahwa pola hidup dan mekanisme infeksi kedua virus ini serupa. Temuan terbaru menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memasuki tubuh manusia melalui mekanisme yang hampir identik dengan SARS-CoV, yaitu dengan berikatan pada reseptor ACE2.
Reseptor ACE2 tersebar luas di berbagai jenis sel tubuh, antara lain pada sel alveolus tipe II di paru-paru, sel epitel bagian atas esofagus, enterosit pada ileum dan kolon, sel epitel saluran empedu, sel otot jantung, sel tubulus proksimal ginjal, hingga sel urotelial di kandung kemih. Banyaknya jumlah ACE2 di organ-organ tersebut berkaitan dengan tingkat kerentanan masing-masing organ terhadap infeksi SARS-CoV-2.
Menurut Dr. rer. nat. Nanang Fakhrudin, M.Si., Apt., dan Puguh Indrasetiawan, M.Sc., Ph.D., Apt., peneliti dari Center for Natural Antiinfective Research (CNAIR) dan Departemen Biologi Farmasi UGM, paru-paru menjadi organ dengan risiko paling tinggi. Organ lain seperti rongga mulut, jantung, serta saluran pencernaan (usus halus dan besar) dan ginjal juga termasuk kategori rentan terhadap infeksi virus tersebut.
Keduanya berpendapat bahwa ACE2 adalah reseptor utama yang berperan sebagai “pintu masuk” virus ketika menginfeksi tubuh manusia. Reseptor ini sangat banyak diekspresikan pada paru-paru, terutama pada sel endotelial.
Tahap awal infeksi SARS-CoV-2 dimulai ketika protein S (spike protein) pada permukaan virus berikatan dengan ACE2 pada sel target. Interaksi inilah yang menjadi salah satu titik krusial yang dapat dihambat oleh senyawa tertentu, termasuk senyawa alami dari tumbuhan.
“Sejumlah tanaman Indonesia mengandung senyawa yang berpotensi mengganggu ikatan antara protein S dan ACE2 tersebut. Misalnya, emodin dan luteolin diketahui mampu menghambat interaksi antara spike protein SARS-CoV dan reseptor ACE2,” jelas Nanang.
Ia menambahkan bahwa sumber emodin banyak ditemukan pada tanaman seperti lidah buaya (Aloe vera; daun), kelembak (Rheum officinale; akar), serta biji dari berbagai spesies Cassia/Senna seperti ketepeng kebo (Senna alata), kacang jawa (Senna obtusifolia), dan jati cina (Senna alexandrina). Sementara luteolin banyak terkandung pada tanaman seperti seledri (Apium graveolens), tapak liman (Elephantopus scaber), bawang merah (Allium cepa), brokoli (Brassica oleracea), cabai hijau (Capsicum annuum), belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), jeruk purut (Citrus hystrix), serta wortel (Daucus carota).
Selain proses pengikatan pada ACE2, infeksi virus juga melibatkan aktivitas enzim protease serin, khususnya TMPRSS2, yang membantu virus melebur dengan sel inang dan memulai proses infeksi. Menurut Puguh, penghambatan terhadap enzim ini menjadi salah satu target penting dalam upaya mencegah infeksi. Ia mengutip penelitian terbaru yang dimuat dalam jurnal ilmiah Cell, yang menegaskan bahwa penghambatan enzim protease serin merupakan strategi potensial dalam penanggulangan virus corona terbaru.
Senayawa penghambat protease serin (SPI, serine protease inhibitor) dipandang sebagai kandidat obat yang menjanjikan karena dapat menghambat tahapan penting dalam siklus hidup virus. Tanaman merupakan salah satu sumber alami SPI yang sangat melimpah.
Senyawa SPI dari tumbuhan umumnya berupa protein atau molekul berukuran besar yang mengandung protein. Banyak ditemukan pada keluarga polong-polongan (Fabaceae, Poaceae, dan Solanaceae), terutama pada biji-bijiannya. Contoh tumbuhan dengan kandungan SPI tinggi antara lain kacang tanah (Arachis hypogaea), kedelai (Glycine max), buncis (Phaseolus vulgaris), kapri (Pisum sativum), dan orok-orok (Crotalaria juncea). Selain itu, sejumlah tanaman Indonesia seperti kelor (Moringa oleifera), pare (Momordica charantia), timun (Cucumis sativus), labu kuning (Cucurbita moschata), nanas (Ananas comosus), ubi jalar (Ipomoea batatas), dan kentang (Solanum tuberosum) juga mengandung SPI.
Di luar dua mekanisme tersebut, para peneliti menjelaskan bahwa masih banyak target lain yang dapat disasar dalam upaya menghambat infeksi virus, mulai dari proses masuknya virus hingga tahap replikasi. Salah satu komponen penting adalah enzim helikase RNA yang berperan dalam replikasi SARS-CoV-2 maupun virus corona lainnya.
Keragaman hayati Indonesia menyediakan kekayaan senyawa alami yang sangat besar, sehingga membuka peluang luas dalam penemuan obat baru, termasuk terapi untuk penyakit akibat SARS-CoV-2. Hal ini sekaligus menjadi tantangan dan kesempatan bagi para ilmuwan Indonesia untuk mendukung kemandirian nasional dalam pengembangan obat.
Kontak
Hubungi kami untuk diskusi riset lebih lanjut
Telepon
+62 855-3665-1992
© 2025. All rights reserved.
